Oleh Razaqa Hariz
"Ambil Kembali Masa Depanmu" adalah tulisan yang terpampang di laman pendaftaran Magang Bersertifikat Kampus Merdeka (MBKM). Pesan ini tampaknya sangat memahami keinginan para mahasiswa di Indonesia, termasuk aku. Sebagai seorang mahasiswa yang merasa stagnan dalam perjalanan akademis, pesan ini menggugahku untuk mengubah arah hidup dengan belajar hal-hal baru dan keluar dari zona nyaman.
MBKM adalah sebuah program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) pada akhir Januari 2020. Program ini telah mentransformasi sistem pendidikan tinggi di Indonesia dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menggantikan SKS mata kuliah dengan mengikuti berbagai kegiatan MBKM seperti Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB), Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM), Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA), dan lainnya.
Kesempatan ini tentu sangat menggiurkan. Bayangkan, bisa magang dan libur kuliah selama satu semester sambil mendapatkan uang! Aku melihat program ini sebagai opportunity of a lifetime. Ternyata, pendapatku ini juga dipegang oleh ribuan mahasiswa di seluruh Indonesia. Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemendikbudristek, Sri Suning Kusumawardani, menyebutkan bahwa hingga saat ini, sudah ada 725.000 peminat program MBKM.
"Hingga hari ini terdapat 725.000 mahasiswa yang mendaftar akun untuk mengikuti program MBKM," ungkapnya di Jakarta, Rabu (7/2), dilansir dari Antara.
Namun, program ini juga tak lepas dari kritik di media sosial. Banyak kalangan menilai bahwa program ini merusak konsep akademis dalam dunia perkuliahan. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, adalah salah satu yang menentang kehadiran program ini.
"Soal kebutuhan industri itu memang penting, tapi Tri Dharma Perguruan tinggi harus tetap didahulukan. Jika terus-menerus tunduk pada industri, maka kampus menjadi agen-agen kapitalis yang jauh dari misi kemanusiaan," ucapnya dilansir Tirto.
Kritik ini membuatku harus berpikir dan mengambil sikap. Memang ada satu sisi dalam diriku yang setuju bahwa program ini dapat membuat kampus di Indonesia menjadi ‘tunduk kepada industri’ seperti dingkap oleh Ubaid Matraji. Namun, di lain pihak, aku juga percaya bahwa berpartisipasi dalam industri tidak selalu berarti kita tidak bisa mengambil manfaat akademis dari pengalaman tersebut.
Dengan tekad yang tinggi, aku pun mendaftarkan diri dalam salah satu program MBKM, yakni Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB). Betapa terkejutnya aku ketika menyadari betapa terstruktur dan akomodatifnya proses pendaftaran dan seleksi program ini, sehingga tidak menyulitkan mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan seperti diriku.
Waktu berlalu, dan saat aku tengah bosan membuka laman utama MBKM, sebuah notifikasi muncul. Aku diterima dalam program MBKM sebagai reporter di salah satu perusahaan media ternama, Liputan6.com. Tak pernah kubayangkan, diriku yang dulu hanya menjalani rutinitas kuliah-pulang-kuliah-pulang kini berkesempatan untuk tumbuh menjadi sosok yang lebih dewasa.
Selama lima bulan magang di Liputan6 melalui program MBKM, aku merasakan dunia kerja yang sesungguhnya tanpa perlu merasa khawatir. Program MBKM membantu dengan memberikan dana bantuan hidup bulanan dan dosen pembimbing untuk memastikan kelancaran programku.
Memang benar isi tagline "Ambil Kembali Masa Depanmu." Melalui program MBKM, aku tidak hanya mendapatkan pengalaman magang, tetapi juga berkesempatan untuk bertemu dengan rekan kerja yang inspiratif dan berpengalaman di bidang jurnalisme. Aku belajar bagaimana dunia reportase sebenarnya, mulai dari cara mencari berita, melakukan wawancara, hingga menulis artikel yang informatif dan menarik bagi pembaca. Interaksi dengan para profesional di bidang ini memperluas wawasan dan meningkatkan keterampilanku dalam ilmu jurnalisme.
Selain itu, program MBKM juga telah membantu memenuhi minatku yang mendalam terhadap jurnalisme. Aku mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana media bekerja, serta tantangan yang dihadapi dalam dunia reportase. Pengalaman ini memperkuat keinginanku untuk berkarier di bidang jurnalisme, karena aku telah melihat sendiri bagaimana kontribusiku bisa berdampak positif dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Dengan dukungan dari dosen pembimbing dan lingkungan kerja yang dinamis, aku merasa telah berkembang menjadi individu yang lebih siap menghadapi dunia kerja, terutama dalam bidang yang aku cintai.
Setelah menyelesaikan program ini, aku merasa jauh lebih siap untuk kembali ke dunia kuliah dan juga terjun ke dunia kerja. Aku tak bisa membayangkan bagaimana keadaanku jika tidak ada program MBKM. Mungkin aku akan tetap stagnan, menjalani rutinitas perkuliahan yang itu-itu saja. Namun, dengan MBKM, aku kembali ke bangku kuliah dengan semangat dan perspektif yang segar, siap menghadapi tantangan baru dengan pandangan yang lebih luas dan terarah.