JOGJAGRID.COM : Putri Anak Indonesia Budaya 2022, Karina Aliya Afandi, berkunjung ke wisata Blue Lagoon, di Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Yogyakarta.
Kedatangan siswi kelas VII SMP Elton Christian School Surabaya tersebut untuk bermain, sekaligus mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak usia sebaya. Beragam permainan tradisional dimainkan. Anak-anak terlihat senang, ceria-tertawa bersama.
Karina mengaku senang bisa bermain bersama anak-anak di Sleman. "Serunya main bersama teman-teman di Sleman itu, di sini friendly jadi orangnya itu asik diajak ngobrol. Tadi Karina diem, sama mereka diajak ngobrol. Karina senang. Di sini orangnya mau bersosialisasi, terus mau berteman sehingga orang di sini mau berteman semua," kata Karina, Sabtu (18/3/2202).
Ada beragam permainan tradisional yang dibawa Karina dan beberapa di antaranya dimainkan bersama anak-anak di Blue Lagoon. Antara lain, Balogo permainan tradisional dari Kalimantan Selatan. Kemudian Egrang Bambu, Egrang Tali Bambu, Bola Bekel, Lompat Tali, Yoyo, Gasing, Boy boyan, Hula hoop hingga Cublak-cublak suweng.
Karina mengaku sedari kecil sudah diajarkan oleh kedua orangtua dengan beragam permainan tradisional. Kecintaan pada permainan tradisional itulah yang mengangkat gadis berusia 13 tahun itu menyabet Juara Putri Anak Indonesia Budaya tahun 2022. Baginya, permainan tradisional harus terus dilestarikan karena itu merupakan budaya bangsa Indonesia yang tidak dimiliki negara lain. Selain itu, kempanye permainan tradisional juga untuk menghindarkan anak-anak kecanduan bermain gadget.
Menurut Karina semua permainan tradisional seru. Namun yang paling disuka adalah bermain cublak-cublak suweng. Sebab, permainan tradisional itu dimainkan langsung bersama tiga orang atau lebih.
"Jadinya lebih asik, bersama teman-teman. Ngakaknya bisa lebih lepas," kata Karina yang mengaku ingin mengkampanyekan keseruan permainan tradisional kepada anak-anak di seluruh Indonesia.
Di Blue Lagoon, anak-anak bermain permainan tradisional dipandu oleh Mustofa, Founder Kampoeng Dolanan Surabaya. Menurut Cak Mus, permainan tradisional yang dimainkan anak-anak sejatinya mengajarkan banyak hal. Melalui permainan tradisional, anak dituntut berinteraksi fisik secara langsung. Dari situ mengajarkan anak untuk menjadi manusia yang mampu berinteraksi, bersosialisasi dengan temannya bukan sebagai manusia perantara yang kehadirannya membutuhkan sarana teknologi.
"Jadi harapannya sih ketika di masa yang akan datang, anak-anak benar-benar menjadi orang yang mampu berinteraksi dengan teman-teman atau manusia yang lain. Bukan harus menunggu dari perantara teknologi, maupun media sosial. Jadi orang ketemu orang, manusia ketemu manusia dan langsung ketemu di situ," kata Cak Mus.
Disamping itu, melalui permainan tradisional juga mengajarkan pendidikan karakter pada anak. Anak dilatih tentang kejujuran, sportifitas, team work, kegigihan, keberanian dan sikap tanggung jawab. (Dho/Ian)