JOGJAGRID.COM : Gen Z sudah akrab dengan dunia digital sejak lahir. Aktivitas sehari-hari generasi yang lahir setelah tahun 2000 ini dilakukan dengan bantuan gadget.
Dunia game online yang sekarang terwujud dalam E-Sport sudah menjadi kebutuhan pokok. Tetapi tentunya dengan tetap menitik beratkan pada kreativitas yang bisa membentuk kecerdasan generasi masa depan.
GKR Hemas E-Sport Championship menjawab kebutuhan Gen Z terhadap kompetisi yang terbuka, fair dan bermanfaat.
Championship yang diadakan di Sleman City Hall ini didukung oleh banyak sponsor, dengan peserta yang membludak dan sangat antusias.
Ini sekaligus menunjukkan bahwa Gen Z di Jogja tidak pernah ketinggalan teknologi, dan sangat mencintai dunia digital.
Setelah merayakan HUT Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, dan peringatan Dasa Warsa UU Keistimewaan Jogja tanggal 31 Agustus, tentunya championship ini juga membawa semangat kepahlawanan.
Para peserta sangat memahami Battle Ground, lokasi pertempuran, yang pada zaman kemerdekaan dulu dirasakan secara nyata oleh kakek nenek kita. Mereka semua berjuang secara fisik untuk mempertahankan kemerdekaan yang diproklamasikan pada tahun 1945.
Zaman telah berubah, generasi datang silih berganti. Bila dahulu anak-anak dan remaja bermain petak umpet, gobak sodor, engklek, layang-layang atau perang-perangan, sekarang semuanya sudah berganti dalam bentuk digital.
Imajinasi perang antara Indonesia dengan Belanda sudah digantikan dengan E-Sport yang berwujud game Mobile Legend (ML), Free Fire (FF), atau Player Unknown Battle Ground (PUBG).
Layaknya para Jenderal zaman dahulu memenangkan pertempuran di Surabaya, Ambarawa, atau Serangan Umum 1 Maret di Jogja, maka para pemenang dalam kompetisi E-Sport kali ini tentu mirip dengan komandan pertempuran, dengan berbagai keahlian taktik dan pengerahan pasukan di dalamnya.
Beberapa kondisi dan strategi dalam E-Sport bisa diterapkan dalam dunia nyata, misalnya bila nanti sudah bekerja di perusahaan internasional. Menurut penelitian, banyak sekali perusahaan China dan Jepang yang menerapkan Seni Perang Sun Tzu, dalam ekspansi bisnisnya.
Seni Perang Sun Tzu yang merupakan strategi militer, diterapkan dalam trade war internasional, sehingga mereka bisa menguasai perekonomian dunia.
Dalam sambutannya GKR Hemas mengharapkan E-Sport bisa menjadi ajang penyaluran kreativitas generasi muda, khususnya Gen Z.
"Kompetisi seperti ini sudah ada pada tingkat internasional, dan salah satu yang pernah menjadi juaranya adalah dari Indonesia," tutur GKR Hemas.
Hemas juga berharap dengan kegiatan E-Sport, maka Potensi Sumber Daya Manusia di Jogja akan tumbuh pesat dan berkualitas.
"Kegiatan E-Sport adalah kegiatan yang positif dan bisa menjauhkan generasi muda dari ide negatif yang merusak, atau bahkan bersifat kriminal," kata dia.
Hemas juga mengingatkan Gen Z agar mewaspadai budaya asing, yang masih dominan dalam E-Sport.
Beliau berharap agar karakter asli Indonesia lebih sering digunakan, agar kecintaan terhadap Indonesia, dan juga budaya Jogja tetap tumbuh.
"Para kreator dan desainer game online diharapkan untuk bisa mengikutsertakan budaya lokal," tutur GKR Hemas.
Menutup sambutannya, Hemas mengingatkan tentang pentingnya Kesehatan dan Pendidikan.
"Para peserta dan pencinta E-Sport tidak boleh lupa untuk beristirahat dan menjaga kesehatan. Banyak kabar bahwa anak-anak Gen Z ketika sudah terfokus pada game-nya, akan lupa makan dan lupa beristirahat, dan banyak yang sakit, pendidikan juga merupakan keharusan," kata GKR Hemas.
E-Sport, kata Hemas, tentu merupakan ajang prestasi yang bisa membawa Gen Z ke level internasional, tetapi semua harus tetap ingat sekolah, dan juga kuliah.
"Dengan tetap memperhatikan pendidikan, maka pencinta game E-Sport akan bisa menjadi kreator dan desainer game online berikutnya," pungkas GKR Hemas. (Uan/Pic)