JOGJAGRID.COM : Aksi Forum Santri Nusantara DIY terus berlangsung, Selasa (23/8/2022) malam merespon pernyataan Ketua Umum PPP, Suharso Monoarfa tentang ‘amplop’ kyai. Puluhan santri menggelar saweran, menggalang donasi untuk mengembalikan uang Suharso Monoarfa yang telah diberikan untuk para kyai selama ini.
Mereka menggelar aksi tersebut di kawasan Maguwoharjo Depok Sleman. Para santri membawa sebuah kotak, lalu diputar dan diisi uang oleh satu per satu yang hadir. Terkumpul beberapa ratus ribu Rupiah yang diserahkan pada Suharso.
Muhammad Sholeh Basyari, koordinator saweran mengungkap aksi tersebut sengaja dilakukan sebagai respon atas pernyataan Suharso terkait amplop kyai yang diungkapkannya beberapa hari lalu. Menurut dia, para santri ingin menjaga marwah kyai yang dinilai jauh lebih mulia dibandingkan dari apa yang dikesankan dari pernyataan Suharso.
“Kami kasihan tokoh sekelas Pak Suharso Monoarfa membahas amplop yang diberikan untuk kyai. Nah ini kami kembalikan, dengan model saweran santri seperti ini. Kenapa, karena kyai membangun pesantren, lembaga yang tidak bisa dijangkau negara, membangun kampus di daerah-daerah yang tidak bisa dijangkau kampus negara. Kontribusi itu tidak terhitung, tidak ternilai. Kalau kemudian didemoralisasi dengan meminta amplop, kini kami juga ingin mendemoralisasi Pak Harso,” ungkapnya.
Para santri menilai sosok Suharso Monoarfa justru memperlihatkan ketidakpahaman atas sejarah bangsa dan konstituennya partainya. Hal tersebut membuat para santri ragu dengan status Suharso yang kini merupakan ketua umum partai politik berbasis Islam.
“Para santri sebagai representasi Islam di ranah negara, kalau kemudian sekelas mentri tidak memahami sejarah secara baik, ini kan menjadi persoalan. Apalagi hari ini Pak Suharso adalah ketua umum PPP yang kulturalnya Islam. Kalau beliau tidak memahami bagaimana konstituennya,” pungkas dia.
Sebelumnya, para santri dari DIY juga melaporkan Suharso Monoarfa ke Polda DIY. Mereka juga menilai, pernyataan Suharso tentang memberi sesuatu kepada kyai sangat menyakiti perasaan santri serta membangun kesan negatif pada pondok pesantren. (Dho)