JOGJAGRID.COM : Sebanyak 62 penulis dengan latar belakang aktivis, akademisi, peneliti, dan praktisi gerakan sosial mengirimkan gagasannya pada Wakil Ketua MPR dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau akrab disebut sebagai Cak Imin.
Mereka menitipkannya dalam sebuah buku setebal 541 halaman berjudul Mata Air Indonesia Maju; Sebuah Bunga Rampai Gagasan kepada Calon Presiden Cak Imin yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama.
Minggu (26/6/2022) siang, buku tersebut dikupas di Alembana Coffee & Community, Jalan Cendrawasih Sleman, dengan menghadirkan pembicara Rocky Gerung, Pakar Komunikasi Politik-Dosen Universitas Paramadina Hendri Budi Satrio, Sastrawan-Pengasuh Ponpes Kreatif Baitul Kilmah, Dr Aguk Irawan MN dan Aktivis Perempuan Himas Nur.
Haji Danuri, Ketua Panitia Penyelenggara bedah buku mengatakan, kegiatan di Yogyakarta merupakan yang kedua setelah pertama diselenggarakan di Medan pada Minggu (19/6/2022) lalu.
Secara keseluruhan, bedah buku akan diadakan di 100 kota Indonesia sebagai langkah serius menggaungkan Cak Imin sebagai salah satu calon presiden 2024.
“Buku ini berisi gagasan para pakar sehingga perlu dibedah di tengah masyarakat langsung sehingga buku tidak jadi barang elitis yang hanya tersedia di rak toko buku. Gagasan para pakar tentang apa saja pekerjaan rumah seorang Calon Presiden Cak Imin musti dikonfirmasi kepada masyarakat luas secara langsung. Waktu (Pilpres) masih dua tahun kurang sedikit. Berbeda dengan calon lain yang hanya memperhatikan posisi urutan dalam perhitungan elektabikitas, Cak Imin lebih berkonsentrasi mengorganisir gagasan dan pemikiran untuk masa depan Indonesia,” ungkap Danuri.
Dalam bedah buku tersebut, Rocky Gerung membahas bahwa ada kebhinekaan pikiran bagi seluruh calon legislatif maupun calon presiden.
Rocky membahas bahwa dalam perpolitikan saat ini dengan presidential treeshold 20 persen, tidak seimbang bagi sebuah kebhinekaan politik Indonesia.
“Saya senang juga kalau Cak Imin ingin membongkar remah-remah di bawah meja untuk mencari 20 persen ini. Karena kenyataan yang terjadi bahwa salah satu partai, yakni PDI Perjuangan sudah punya start duluan karena 20 persen itu, dan sisanya termasuk Cak Imin atau calon yang lain sedang berkoalisi mencari remahan-remahan bawah meja itu,” ungkapnya saat bedah buku.
Politik menurut Rocky berangkat dari percakapan warung kopi, obrolan yang memunculkan saling bertanya dengan kritis dan saling menjawab satu sama lain. Saat ini menurut Rocky, tidak ada kebhinekaan karena kekhawatiran seseorang tidak masuk dalam putaran.
“Treeshold dulu dipasang 10 persen pada 2004 agar SBY tidak lolos, bahkan setelah itu lebih. Lalu, terus berlanjut sampai sekarang. Inilah mengapa 20 persen harus dibongkar, prinsip demokrasi adalah mulai dari titik nol yang sama. Cak Imin, ini ada buku idenya macam-macam, silahkan pelajari apa yang ada dalam buku ini,” tegas Rocky.
Dalam buku ini, beberapa pakar di bidangnya ikut menulis di antaranya Pakar Pangan Khudori, Aris Arif Mundayat, Hanif Dhakiri, Bung Penyair Afrizal Malna, Ester Jusuf, Pakar Agraria Gunawan, dan Wasisto Raharjo Jati.
Sementara pengumpulan gagasan menjadi naskah buku dilakukan oleh Tim Rumah Politik Kesejahteraan (RPK) dengan editor Sugeng Bahagijo, Mugiyanto, dan Sabiq Mubarok.
“Setelah Yogya, kita akan bedah buku ini di Jakarta, Bandung, Surabaya, Palangkaraya, Makasar, sampai Papua. Jadwal sedang disusun oleh tim,” terang Sabiq Mubarok menambah keterangan Haji Danuri. (Dho/Ian)