JOGJAGRID.COM : Saat wisatawan berkunjung ke Candi Borobudur, Prambanan atau Ratu Boko, selalu disuguhi pemandangan rumput nan hijau dan banyaknya tanaman perindang di sekitarnya.
Di balik hijaunya kawasan candi itu, pengelola Taman Wisata Candi (TWC) Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko ternyata memanfaatkan pupuk organik yang mereka olah sendiri untuk menyuburkan kawasan destinasi yang dikelola.
"Kami melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk organik secara rutin dan
berkelanjutan khususnya di destinasi Candi Borobudur dan Prambanan," kata Marketing and Sales Vice President TWC, Pujo Suwarno Junat 8 April 2022.
Pujo mengatakan pupuk organik ini kebanyak berasal dari sampah dedaunan yang berguguran.
Pupuk yang diolah sendiri inilah yang selalu digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertamanan di kedua destinasi agar tetap hijau dan sejuk dipandang.
Tempat pengolahan sampah organik
menjadi pupuk organik di kedua candi itu berada di area Kantor Pertamanan, Kompleks TWC Borobudur dan TWC
Prambanan.
Pujo mengatakan dalam proses pembuatan pupuk itu sendiri melalui beberapa tahapan. Dimulai dari pengangkutan sampah organik oleh petugas kebersihan menggunakan truk.
"Kemudian sampah dibawa ke tempat pemilahan sampah organik dan setelah dipilah, sampah organik dikeringkan," kata dia.
Tak berhenti sampai di situ, selanjutnya sampah organik dimasukkan ke tempat khusus (bedeng) untuk difermentasi.
Proses fermentasi ini dilakukan dengan menambahkan bahan fermentator seperti EM4, sari tebu, dan kotoran hewan. Setelah itu ditutup sampai rapat selama 21-30 hari dengan beberapa periode
tertentu, diaduk agar bahan fermentator tercampur rata.
"Hasil fermentasi sampah lalu diangin-anginkan untuk nantinya masuk proses penggilingan," kata dia.
Setelah selesai digiling, kemudian disaring untuk mendapatkan pupuk yang lebih halus dan terpisah dari sisa sampah anorganik.
"Langkah terakhir, pupuk organik lalu dikemas ke dalam karung dan siap digunakan," kata dia.
Pupuk organik yang dihasilkan ini selain dipakai sendiri juga sebagian terdistribusi untuk dijual kepada masyarakat dengan harga jual yang sangat terjangkau.
"Untuk sampah anorganik seperti sampah plastik, kami baru merancang program pengelolaannya menjadi barang yang lebih bermanfaat, serta kegiatannya melibatkan wisatawan," kata Pujo.
Pujo mengatakan pengelolaan Sampah di destinasi ini juga penting diketahui wisatawan agar mau terlibat mendukung cita cita sustainable tourism atau pariwisata berkelanjutan.
"Kebangkitan sektor pariwisata pascapandemi diharapkan dapat menjadi momen yang tepat untuk
mendorong penerapan konsep sustainable tourism ini," kata dia.
Konsep ini diangkat
sebagai solusi menyelaraskan aspek ekonomi, sosial budaya, dan kelestarian lingkungan di destinasi
wisata, termasuk di dalamnya aspek pengelolaan sampah yang bertanggung jawab.
"Gerakan pengelolaan
sampah di destinasi wisata TWC Borobudur dan TWC Prambanan juga menjadi salah satu upaya kami
untuk mengurangi tumpukan sampah," kata dia.
Selain itu, juga merupakan bagian waste management, yakni untuk mengubah sampah menjadi lebih bermanfaat.
Pujo mengatakan penanganan isu pengelolaan sampah di destinasi wisata menjadi tanggung jawab bersama.
"Kolaborasi pemerintah, pelaku pariwisata, pengelola persampahan, masyarakat, juga wisatawan penting," kata dia. (Sat/Yan)