JOGJAGRID.COM: Prof. Dr. Ir. Chusnul Hidayat, dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Teknologi Hasil Pertanian pada Departemen Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM, Selasa (22/3) di Balai Senat UGM. Pada pidato pengukuhan tersebut Chusnul menyampaikan pidato berjudul Tantangan Pengembangan Produk dan Konsep Pengembangan Proses Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan.
Chusnul mengatakan pengembangan produk pangan yang berdampak pada aspek kesehatan menjadi salah satu tantangan dalam pengembangan produk kedepan. Sebab, dalam beberapa dekade terakhir tidak sedikit penyakit yang muncul terutama penyakit tidak menular disebabkan kebiasaan makan dan tren produk makanan.
Selain masalah kesehatan, tantangan pengembangan produk kedepan adalah pengembangan bumbu masak alami (perisa) berbasis rempah. Indonesia memiliki makanan tradisional berbasis rempah yang beragam. Namun, persiapan dan penyajiannya relatif lebih lama. Sementara itu, generasi milenial cenderung menginginkan persiapan dan penyajian pangan yang cepat dan bisa dilakukan oleh setiap orang di rumah.
“Tantangan pengembangan produk di masa datang adalah pangan yang berdampak pada aspek kesehatan dan penyiapan pangan yang cepat di rumah,” tuturnya.
Guna menjawab persoalan itu, Chusnul menyebutkan perlu dikembangkan produk yang memiliki efek kesehatan yakni produk yang dikembangkan dari bahan kimia alami atau bahan lain dari pangan yang bisa dicerna yang bermanfaat bagi tubuh manusia dalam mencegah penyakit (nutraceutical) dan pangan fungsional. Lalu, eksplorasi nutraceutical dan pangan fungsional bersumber pada komoditas lokal, utamanya komoditas perkebunan. Berikutnya, pengembangan produk flavor dan aroma alami berupa bumbu yang siap saji.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, lanjutnya, diperlukan pengembangan teknologi emulsi dan enkapsulasi yang didukung dengan teknologi surfaktan. Sementara itu,tantangan pengembanganproses adalah teknologi pemisahan bahan nutraceutical, teknologi enkapsulasi dan emulsi, serta teknologi surfaktan.
Lebih lanjut Chusnul menjelaskan konsep pengembangan produk dan proses dimulai dengan pengembangan produk baru yang disukai konsumen dan diikuti dengan pengembangan proses. Adapun proses harus transparan, dan dikontrol secara otomatis mulai dari skala laboratorium sampai produksi. Selain itu, membuat desain proses yang efisien dan perwujudan desain proses dapat dilakukan melalui production line skala laboratorium.
Sistem kontrol otomatis, ditekankan Chusnul sudah harus diterapkan pada tingkat laboratorium. Tiap unit proses dikontrol menggunakan sistem kontrol untuk memudahkan scale-up.
“Peran institusi, seperti Magister Teknologi Hasil Perkebunan FTP UGM, Pusat Studi Industri Farmasi dan Teknologi Kesehatan UGM dan institusi terkait lainnya sangat penting dalam hilirisasi produk baru nutraceuticaldan pangan fungsional,” pungkasnya. (Yun/Tia)