JOGJAGRID.COM : Jemparingan merupakan salah satu olahraga tradisional panahan yang biasanya dilakukan di lingkungan keraton.
Jemparingan menjadi olahraga panahan khas Kerajaan Mataram yang berasal dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, atau dikenal juga dengan jemparingan gaya Mataram Ngayogyakarta.
Keberadaan jemparingan dapat ditelusuri sejak awal keberadaan Kesultanan Yogyakarta atau sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792), raja pertama Yogyakarta, yang mendorong pengikutnya untuk belajar memanah sebagai sarana membentuk watak ksatria.
Nah, ternyata tradisi Jemparingan itu akan dibuatkan film-nya dengan judul sama yakni Jemparingan dengan Produser Film Yudhi Kurniawan dan disutradarai Septin Prahoro.
Proses penggarapan film dimulai
tanggal 11 Desember 2021 kemudian berakhir di tanggal 30 Januari 2021.
Puncak syuting di gumuk pasir Parangtritis.
Lokasi syuting lainnya berada di kompleks Candi Abang di Jogotirto Berbah kemudian Wanujoyo Srimartani Piyungan Bantul, di Samigaluh Kulonprogo, petilasan Ki Ageng Mangir di Mangir Tengah Sendangsari Pajangan.
Film berdurasi sekitar 20 menit tersebut dibiayai secara mandiri. Empat nilai yang terkandung dalam budaya jemparingan sesuai wasiat Sri Sultan Hamengku Buwono I mencoba diangkat kembali.
"Dari pembuatan film ini tujuan kita itu adalah mengangkat budaya. Salah satunya yaitu budaya jemparingan, jadi dalam sejarah jemparingan itu kan ada empat nilai penting yang bisa dijadikan pondasi kuat dalam kehidupan ini," ujar Produser Film Jemparingan, Yudhi Kurniawan di sela syukuran persiapan pembuatan film di Graha Gandung Pardiman Center (GPC) Numpukan Karangtengah Kapanewon Imogiri, Bantul, Minggu (5/12).
Dalam acara tersebut dilalukan potong tumpeng oleh anggota DPR RI, Drs HM Gandung Pardiman MM. Dalam acara tersebut juga dihadiri anggota DPRD Bantul, H Suryono SE SM.
Film yang disutradarai Septin Prahoro digarap all out dengan melibatkan 100 orang. Oleh karena itu, meskipun bersifat mandiri film tersebut sarat nilai dalam kehidupan.
Dijelaskan, esensi dalam budaya jemparingan ialah punya spirit kuat untuk dijadikan pondasi untuk hal positif. "Dalam jemparingan tersebut terkandung sebuah greget atau semangat. Kemudian percaya diri serta rasa tanggungjawab," ujarnya.
Tujuan dari pembuatan film tersebut sejauh ini masih sebatas memberikan informasi dan edukasi. Dengan modal informasi dalam kemasan film dengan harapan generasi penerus bangsa bisa menghargai nilai budaya. Menurut Yudhi arah penggarapan film jemparingan tersebut memang tidak untuk YouTube dan tidak untuk film layar lebar. "Karena ini film memang bukan orientasi bisnis, tetapi edukasi dan informasi," jelasnya.
Harapannya tidak ada halang rintang sehingga dipertengahan Bulan Februari 2022 bisa diputar perdana. "Harapan kita nanti terjasi sinergi dengan beberapa pihak. Sedang penayangan kita lakukan di satu kota dan empat Kabupaten di DIY. Termasuk di kapanewon yang ada di DIY, " ujarnya. (Dho/Ian)