JOGJAGRID.COM : Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Matematika Indonesia kembali menggelar bakti sosial dengan membagikan ratusan paket beras dan takjil kepada sopir angkuta di Wonogiri serta warga ekonomi lemah yang terdampak covid-19.
Kegiatan dilaksanakan dalam suasana Ramadhan dan berlangsung di Lingkungan Pokoh RT.004 RW.001 Kelurahan Wonoboyo Kecamatan/Kabupaten Wonogiri pada Kamis (6/5/2021).
Setiawan, S.M., M.Si. selaku penyelenggara menyampaikan turut prihatin dan dapat merasakan dampak dari covid-19 ini bagi keluarga yang kurang mampu, khususnya pekerja harian. Oleh karena itu, baksos ini kami harapkan dapat sedikit membantu dan meringankan beban masyarakat yang terdampak Covid-19. Ia menambahkan kegiatan bakti sosial yang dilaksankan oleh LKP Matematika Indonesia rutin dilaksanakan setiap tahun termasuk bantuan untuk korban bencana alam.
Baksos oleh LKP Matematika Indonesia dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang dibantu oleh tim Medis dari UPTD Puskesmas Wonogiri 1. Sebelum mengambil bantuan, para sopir maupun warga diwajibkan memakai masker. Bagi yang belum memakai masker akan diberikan oleh tim dari LKP Matematika Indonesia. Diberikan pula hand sanitizer, adanya pengecekan suhu badan, serta penerapan pembatasan jarak fisik. Tampak hadir pula anggota dari Polsek Wonogiri Kota yang turut mengamankan selama kegiatan berlangsung.
Salah satu penerima bantuan sosial adalah Heru Wijanarko Agung (44), sopir angkuta di Wonogiri warga Semin Wetan RT 002 RW 002 Desa Purworejo Kecamatan/Kabupaten Wonogiri mengaku sangat terbantu dan bersyukur atas bantuan yang diberikan. Dalam kondisi covid-19 sekarang ini ia menyampaikan keadaan perekonomian sangat sulit sekali.
Ketua Paguyuban Angkuta Wonogiri, Suprapto, S.E. mengatakan bahwa kondisi sebelum pandemi covid-19 angkuta Wonogiri masih eksis jadi masih bisa untuk mencari rejeki guna mensekolahkan anak serta mencukupi kebutuhan rumah tangga, tetapi setelah kondisi pandemi covid-19 ini dampaknya sangat luar biasa yaitu pendapatan turun drastis. Dalam sehari mencari uang Rp100.000,00 susah. Padahal untuk membeli BBM dalam sehari paling tidak Rp50.000,00. Bayangkan uang Rp100.000,00 untuk beli BBM Rp50.000,00 sisanya Rp50.000,00. Dari sisa uang tersebut masih digunakan untuk setoran. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan sekarang tinggal kurang lebih 60 armada yang masih aktif.
Suprapto pun mewakili rekan-rekan sopir angkuta Wonogiri sangat berterima kasih kepada Bapak Setiawan dan Keluarga Besar Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Matematika Indonesia yang sudah memberi kontribusi dan peduli kepada sopir angkuta Wonogiri. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat berlanjut.
Setiawan menambahkan bahwa kegiatan semacam ini (baksos) dapat menjadi inspirasi bagi komunitas yang lain untuk bisa berbagi dengan masyarakat ekonomi lemah yang terdampak covid-19. (Dwita)