JOGJAGRID.COM : Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X masih mengkaji ulang ihwal rencana kegiatan tatap muka sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang semula diprediksi paling cepat bisa dimulai 1 Februari 2021.
Sultan HB X melihat masih tingginya resiko bagi anak-anak sekolah pasca melihat perkembangan kasus Covid-19 di DIY yang sampai akhir Januari ini belum ada juga tanda-tanda mereda.
"Selama kondisi (kasus Covid-19) meningkat begini anak-anak resikonya terlalu besar. Jangan sampai yang terjadi seperti Depok sekarang kan jadi masalah," ujar Sultan HB X Rabu 27 Januari 2021.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim sebelumnya menyatakan kebijakan penerapan pembelajaran tatap muka di sekolah diserahkan pada masing-masing pemerintah daerah.
"Ya (diserahkan ke daerah) tapi ya kalau terus (diputuskan) masuk (tatap sekolah) ya belum," ujar Sultan.
Meski demikian, Sultan tetap mengkaji alternatif jika tatap muka dilakukan secara terbatas pada kelompok-kelompok tertentu.
Menurut Sultan, di masa pandemi ini, sebagian sekolah di DIY pun sudah sudah menempuh upaya konsultasi terbatas untuk murid-muridnya secara luring atau tatap muka. Tidak semata sepenuhnya secara daring.
"Konsultasi (tatap muka terbatas) itu sebetulnya itu juga sudah dilakukan karena rata-rata anak sekolah ini kan di rumahnya sudah memiliki perangkat pembelajaran (daring)," ujar Sultan.
Sehingga ketika penyampaian materi pembelajaran itu sudah dijalankan sebagian besar dengan model daring, saat tatap muka atau konsultasi anak sekolah itu sudah siap dengan materi yang ada. Sehingga pertemuan tatap muka di sekolah tidak makan waktu lama.
"Jadi tidak mesti anak-anak itu ke sekolah untuk konsultasi, tapi sudah siap materi dari rumah untuk di konsultasikan di sekolah, jadi 1 jam cukup," ujar Sultan.
Sultan tak mau memaksakan tatap muka sekolah jika situasi Covid-19 DIY masih tinggi penularannya. Ia khawatir jika dipaksakan, tatap muka sekolah akan menjadi sumber penularan baru di tengah upaya menekan kasus yang kini di DIY akumulasinya sudaj lebih dari 20 ribu kasus dan kematian nyaris mendekati 500 jiwa itu. (Ardy/Taufik)