JOGJAGRID.COM : Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono X mendesak adanya penambahan tempat tidur (TT) atau ranjang di rumah sakit untuk melayani pasien Covid-19.
Hingga awal pekan ini total kasus Covid-19 di DIY nyaris tembus 17 ribu kasus, di mana kasus aktif sebanyak 5.280 kasus dan sebanyak 388 kasus meninggal dunia.
"Penambahan ranjang rumah sakit ini diprioritaskan untuk pasien dengan kriteria sedang-berat dan berat," ujar Sultan HB X saat memimpin Rapat Koordinasi Perkembangan Penanganan Covid-19 bersama bupati/walikota dan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota di Gedung Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Minggu (17/1).
Selain mendorong penambahan ranjang di rumah sakit, Sultan juga mendorong pemerintah di kabupaten/kota untuk menggerakkan adanya shelter yang dapat memfasilitasi pasien ringan maupun orang tanpa gejala atau OTG. Penambahan shelter itu agar dapat mengurangi penuhnya ranjang di rumah sakit.
Sultan HB X juga menyatakan agar kabupaten/kota mampu memaksimalkan tempat untuk isolasi mandiri dengan mengupayakan melalui anggaran darurat yang dimiliki.
Direktur RSUP dr. Sardjito Rukmono Siswishanto menyatakan dari 6-8 pasien terindikasi Covid-19 di Intalasi Gawat Darurat (IGD), tidak semua perlu dirawat di rumah sakit karena sebagian kondisinya ringan atau tidak bergejala.
"Jadi bukan tidak bisa terima pasien, tapi ranjang diprioritaskan untuk pasien kondisi berat dan critical," kata dia.
Pihaknya juga telah menggunakan SISRUTE yakni Sistem Informasi Rujukan Terintegrasi yang terkoordinasikan dengan seluruh rumah sakit dalam konteks pelayanan Covid maupun non Covid, sehingga lebih mudah dan cepat dalam menangani pasien.
"Terutama untuk pasien ibu bersalin maupun emergency yang memerlukan operasi," kata dia.
Rukmono menambahkan RSUP dr. Sardjito sendiri saat ini memiliki 75 ruang dengan 27 ranjang Covid pasien kritis/ICU yang akan dieskalasi menjadi 200-300 unit secara bertahap dengan konversi ruangan.
Semula kondisi ranjang sebanyak 15% akan ditambah menjadi 20% dan secara bertahap ditingkatkan menjadi 30%-40%.
"Selain penambahan ranjang, problem yang dihadapi rumah sakit adalah ketersediaan sumber daya manusia," kata dia.
Adapun rumah sakit rujukan Covid DIY lain, RSUP Hardjolukito menyatakan hingga kini sudah memaksimalkan ruangan untuk pelayanan Covid dengan membangun ruangan khusus isolasi sebanyak 40 ranjang.
Namun jumlah perawat untuk layanan tersebut belum memadai.
Perwakilan dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Ova Emilia menambahkan keberadaan shelter berfungsi penyangga yang perlu ada komunikasi intens dengan rumah sakit agar dapat membantu jika ada pasien dengan kondisi menurun untuk dapat dirujuk ke rumah sakit.
"Kami harap ke depan, di Yogya ada rumah sakit khusus untuk Covid dengan penyediaan logistik dan sumber daya manusia yang memadai," kata dia.
Sekretaris DIY Kadarmanta Baskara Aji menambahkan setelah rapat koordinasi, pemerintah daerah meminta kabupaten dan kota untuk berkoordinasi dengan rumah sakit setempat untuk penambahan ranjang dan pembangunan shelter. (Ria)