JOGJAGRID.COM: Komisi X DPR RI menggelar pertemuan dengan Pemda DIY guna mempelajari Peta Jalan Pendidikan di DIY Jumat (20/11).
Rombongan Komisi X DPR RI yang dipimpin legislator asal Yogya, My Esty Wijayanti itu pun diterima langsung oleh Wagub DIY KGPAA Paku Alam X di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Ketua rombongan dari Fraksi PDIP, My Esti Wijayanti menjelaskan, pihaknya memilih DIY sebagai tempat untuk dijajaki Peta Jalan Pendidikan, bukanlah tanpa alasan.
"DIY sebagai pusatnya pendidikan, telah banyak menghasilkan bibit unggul lulusannya," kata Esty.
DIY juga dinilai Esty telah berhasil menghadapi tantangan belajar daring selama pandemi Covid – 19. Hingga layak jadi percontohan.
Esty menjelaskan revolusi industri 4.0 akan membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan manusia mulai dari gaya hidup, interaksi sosial, bermain, bekerja dan belajar.
Akibatnya di Indonesia diperkirakan 51,8% potensi pekerjaan akan hilang. Oleh karena itu, diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang ide dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran.
“Maka kami datang ke DIY guna mendapatkan masukan dan pandangan mengenai peta Jalan Pendidikan yang telah disusun dan disosialisasikan oleh Kemendikbud RI," katanya.
Esty mengatakan pihaknya juga ingin melihat dua kondisi faktual dan data penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan di DIY.
"Hasil dari sini akan kami jadikan rujukan dalam menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah dalam pengambilan dan penentuan kebijakan pendidikan,” papar Esti.
Wagub DIY KGPAA Paku Alam X mengungkapkan DIY mengupayakan pemaksimalan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) secara daring salah satunya degan Jogja Belajar.
DIY menurutnya juga dinilai sukses menggelar pembelajaran daring karena berbagai faktor. Salah satu yang turut berperan membantu keberhasilan adalah aplikasi Jogja Belajar yang dikembangkan sejak 2016 bersama Kyoto University, Jepang.
"DIY telah menjawab tantangan KBM pada masa Pandemi Covid - 19 melalui Jogja Belajar. Meskipun beberapa daerah di IDY terkendala dengan jaringan internet sehingga program Jogja Belajar tersendat,kata Paku Alam.
“Ada daerah yang blank spot terhadap jaringan internet. Gunungkidul yang paling banyak karena memang geografisnya seperti itu. Nah kami siasati itu dengan fiber optik. Kami lakukan refokusing anggaran untuk fiber optik. Harapan kami Jogja tidak ada yg blank spot lagi di akhir tahun ini," jelas Sri Paduka.
Paku Alam menjelaskan, penyokong ekonomi DIY yang terbesar adalah pendidikan dan pariwisata. Dimana keduanya identik dengan kerumunan yang berarti tidak sesuai protokol kesehatan.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dari perkuliahan mencapai 6 T pertahun. Sedangkan PDRB tidak langsung dari pendukung pendidikan tersebut adalag 17 T.
“Pandemi ini memang membuat semua jadi kacau. Oleh karena itu, kami (Pemda DIY) berupaya keras untuk membangun kembali apa yang sudah kacau ini,” ungkap Sri Paduka.
(Jat/Han)