ilustrasi macan (ist) |
JOGJAGRID.COM : Aktivitas Gunung Merapi kerap
diikuti dengan gejala perubahan perilaku satwa-satwa di kawasan itu.
Terjadinya mobilitas satwa penghuni kawasan hutan
Merapi seolah menjadi penanda tersendiri kapan waktunya gunung itu erupsi.
Komandan Sar Linmas Kaliurang, Kiswanta berkisah dari
pengalamannya saat menjelang erupsi Merapi 2010 silam memang terpantau ada perubahan
perilaku hewan dari hutan Merapi.
“Saat mau erupsi 2010 itu, kalau monyet tidak
berubah. Tapi kalau yang lain ada. Seperti turunnya harimau yang mendekati
pemukiman warga,” katanya Selasa (10/11/2020).
Kiswanta mengatakan, turunnya harimau mendekati
pemukiman itu diketahui dari bekas jejak kaki-kakinya. “Hanya jejak kaki saja,
mengarah ke selatan. Jejak kaki itu muncul sebelum erupsi tahun 2010,” ucapnya.
Lalu bagaimana dengan tahun 2020 sekarang ini?
Menurut Kiswanta satwa di hutan Gunung Merapi
terpantau belum mengalami perubahan perilaku sejak kenaikan aktivitas status
Merapi dari level II ‘Waspada’ menjadi ‘Siaga’ pada 5 November 2020 lalu.
Kiswanta mengatakan, kondisi di Kaliurang Sleman
masih sama seperti hari biasa. “Terkait hewan-hewan di hutan termasuk monyet
(monyet ekor panjang) belum ada perubahan perilaku. Masih sama saja,” katanya.
Hutan Merapi (ist) |
Kiswanta menyebut, aktivitas Gunung Merapi yang meningkat baru-baru ini lebih cenderung berdampak pada sektor wisata di Kaliurang. Menurutnya, jumlah wisatawan mulai menurun sejak Jumat (6/11).
“Untuk kunjungan mulai sepi. Tingkat kunjungan
langsung sepi sejak Jumat (6/11). Kalau sampai tidak ada kunjungan belum pernah,
cuma tidak seramai hari-hari sebelumnya,” kata dia.
Kiswanta mengatakan, pihaknya tetap melakukan
patroli seperti biasa dengan kondisi sepi kunjungan ini. Ia mengimbau supaya
wisatawan waspada dengan aktivitas vulkanik Merapi serta menjalankan protokol
kesehatan Covid-19. “Teman-teman rutin patroli di objek-objek wisata untuk
mengingatkan kewaspadaan juga protokol Covid-19,” katanya.
Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi (AJWLM)
Wilayah Barat, Dardiri mengatakan, kunjungan memang menurun sejak aktivitas
Gunung Merapi naik. “Menurun drastis, hanya ada satu atau dua wisatawan setiap
harinya,” katanya.
Dardiri mengatakan, pihaknya tetap melayani
wisatawan untuk tur di lereng Merapi. Sedangkan rute yang dilewati di luar dari
radius lima kilometer dari puncak Merapi. “Bunker Kaliadem, Petilasan Mbah
Maridjan tidak kami rekomendasikan. Hanya mini short (jarak pendek) saya yang
kami layani,” ucapnya. (FIN)