JOGJAGRID.COM : Suasana penuh haru dan khidmat menyelimuti kantor DPD I Golkar DIY pada Minggu petang (8/11/2020).
Lantunan doa sejumlah ulama dan juga musik hadroh yang dilantunkan para santri membuat suasana makin khusyuk di malam acara Doa Bersama yang khusus digelar Golkar DIY untuk mengenang almarhum dalang kondang Yogyakarta Ki Seno Nugroho yang wafat pada Selasa 3 November 2020 lalu.
Pada tanggal 8 November 2020 itu seharusnya sang dalang milenial itu dijadwalkan hadir mengisi acara lanjutan wayangan yang akan digelar Golkar DIY. Namun Tuhan berkata lain.
"Pada malam hari ini seharusnya jadwal Ki Seno menampilkan climen (cerita wayang singkat) kedua yang digelar Golkar DIY, namun Tuhan berkata lain, sehingga acara tetap kami adakan namun diganti isiya menjadi doa bersama untuk Ki Seno," ujar anggota DPR RI yang juga Ketua DPD I Golkar DIY Gandung Pardiman.
Dalam doa bersama yang diikuti puluhan kader dan pengurus kabupaten/kota itu, Gandung menuturkan agar Ki Seno yang sudah banyak berjasa melalui bidang kebudayaan dan pelestarian tradisi wayang kulit itu dapat diampuni dosa-dosanya, dikenang nama baiknya dan dapat diteruskan cita-citanya melestarikan tradisi wayang kulit di Yogyakarta.
Bagi Gandung, Ki Seno bukanlah sekedar sosok dalang yang piawai dan dikenal karena kiprahnya ke penjuru nasional dan internasional.
"Beliau sosok yang membanggakan DIY, karena dulu dalang-dalang DIY seringkali dianggap kalah pamor dibanding dalang seperti dari Solo dan Semarang. Seperti Pak Manteb, Ki Anom Suroto, Warseno Slank, Pak Enthus, Joko Edan. Dalang di Yogya saat itu dianggap kalah pamornya karena sangat teguh dalam pakem sehingga penontonnya hanya itu-itu saja," ujar Gandung.
Gandung turut merasakan saat dulu Ki Seno belum terkenal seperti sekarang, ketika panitia acara tidak mengundang dalang dari Solo atau Semarang, selalu merasa ada yang kurang.
Tapi kemudian, uhar Gandung, situasi berubah ketika nama Ki Seno mulai berkibar. Ki Seno dikenal sebagai dalang yang tetap setia pada pakem namun juga bisa membawakan gaya kekiniannya dan disukai banyak orang sehingga pecintanya makin luas dan besar.
"Ki Seno itu selain teguh memegang pakem juga sangat dicintai dan laku di kalangan generasi muda, tuntunannya juga mengena," ujar Gandung Pardiman.
Gandung berharap usai wafatnya Ki Seno, terus terjadi regenerasi dalam dunia pedalangan yang bisa mengharumkan nama Yogya seperti yang dilakukan Ki Seno. Seperti pepatah, Gandung berharap dari berakhirnya perjalanan Ki Seno karena wafat itu, dunia pedalangan Yogya memetik hikmah peribahasa mati satu tumbuh seribu.
"Kami berharap muncul penerus Ki Seno Ki Seno lain di Yogya sehingga dunia pedalangan di Yogya dapat terus eksis dan tak kalah pamor," ujarnya.
Gandung mengenang sebenarnya setiap bulan sekali rencananya mengundang Ki Seno. Termasuk yang akan digelar pada 8 November 2020 ini.
"Tapi karena sekarang hati kami masih dalam suasana duka, kami tunda dulu," ujarnya.
Yup, Ki Seno memang sudah berulang kali menjadi langgganan acara Golkar DIY.
Karena kedekatannya, Ki Seno bahkan pernah membuat kejutan bagi kader Golkar DIY ketika seluruh timnya tampil menggunakan kostum kuning (warna kebesaran Golkar) saat diundang Golkar suatu waktu.
Di akhir doa bersama itu pun juga dikenalkan platform media baru internal Golkar yang bernama kabargolkardiy.com.
Slamet Santoso, selalu Wakil Ketua Bidang Media DPD I Golkar DIY mengatakan tujuan platform media baru Golkar DIY itu untuk lebih mendekatkan diri dengan kaum milenial.
"Selain itu juga menjadi wadah yang menjembatani komunikasi Golkar DIY dengan masyarakat luas, baik tentang informasi kegiatan dan agenda agenda yang digelar Golkar baik secara internal maupun yang melibatkan masyarakat," ujarnya.(van)