JOGJAGRID.COM : Jajaran Pemuda Pancasila (PP) DIY menggelar napak tilas di Museum Monumen Pancasila Sakti di Kentungan Yogyakarta dan menggelar tahlilan serta diskusi bersama Duta Museum DIY serta Kundo Kebudayaan DIY Jumat 2 Oktober 2020.
Kegiatan bertajuk 'Indonesia Maju Berlandaskan Pancasila' itu digelar masih dalam rangkaian peringatan Hari Kesaktian Pancasila ke 55 Tahun yang jatuh pada 1 Oktober 2020 lalu.
Dalam napaktilas itu, jajaran PP DIY hadir dipimpin Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen yang didampingi Ketua Badan Pengusaha Pemuda Pancasila (BPPP) DIY Yuni Astuti. Adapun pengurus MPC PP dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Sleman, Bantul, Kota Yogya, Gunungkidul dan Kulon Progo juga hadir.
Dalam acara itu, Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen berharap kegiatan napak tilas serta diskusi ini bisa mengingatkan kembali peristiwa yang menjadi aib bangsa Indonesia.
"Ada sedikit sejarah yang hilang atau terputus di generasi muda milenial kita. Sejarah 55 tahun yang lalu terjadi aib bangsa Indonesia, ada satu kelompok saudara kita yang berkhianat. PKI dan sejarahnya ada, jangan sampai terulang kembali," ujarnya saat diskusi yang juga diikuti dengan tahlilan serta pemotongan tumpeng itu.
Ketua Majelis Pimpinan Wilayah (MPW) Pemuda Pancasila DIY, Faried Jayen menerima potongan tumpeng dari Duta Museum DIY, Rastra Arif Pradana Jumat (2/10). |
Jayen menegaskan, yang patut diwaspadai dari G30S/PKI itu saat ini adalah ideologinya yang potensial hidup kembali dan merongrong Pancasila yang sudah menjadi dasar final kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Kita tidak memusuhi saudara-saudara kita yang berkhianat itu karena musuh saya itu ideologinya," imbuhnya.
Usai napak tilas, rombongan juga melakukan doa tahlilan di Museum Monumen Pancasila Sakti, Kentungan, Yogyakarta itu.
Dalam peristiwa G30S silam, seperti diketahui juga punya jejak di Yogyakarta. Peristiwa itu turut menewaskan Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen (Anumerta) Katamso dan Kolonel (Anumerta) Sugiyono, Kepala Staf Korem 072/Pamungkas Yogyakarta.
Duta Museum DIY, Rastra Arif Pradana mengatakan kegiatan napak tilas dalam memperingati Hari Kesakitan Pancasila ke-55. "Tujuannya agar generasi muda dan masyarakat umum lebih waspada terhadap PKI dan Gerakan G30S yang 55 tahun yang lalu mempunyai noda hitam di Indonesia," ujarnya.
"Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Bangsa kita sudah berdiri 75 tahun karena adanya Pancasila yang menyatukan kita dari berbagai suku dan agama. Dengan Pancasila kita bisa duduk bersatu sampai saat ini," imbuhnya.
Rastra pun berharap agar peristiwa yang memilukan tidak terjadi kembali. "Saya berharap agar kedamaian dan persatuan tetap dijaga di Indonesia, khususnya di Yogyakarta," katanya.
Selain napak tilas, rombongan juga melakukan doa tahlilan di Museum Monumen Pancasila Sakti, Kentungan, Yogyakarta. Tahlilan ini juga mendoakan Pahlawan Revolusi yang ada di Lubang Buaya, Jakarta.
Malis Ali Julianto, Pemandu dan Petugas Pengelola Museum Pahlawan Pancasila Sakti menceritakan dua Pahlawan Revolusi, Komandan Korem 072/Pamungkas Brigjen (Anumerta) Katamso dan Kolonel (anumerta) Sugiyono, Kepala Staf Korem 072/Pamungkas diculik pada sore hari dan dibunuh pada 2 Oktober 1965.
Mayat kedua pahlawan ini kemudian ditemukan setelah kurang lebih dua minggu, tepatnya pada tanggal 21 Oktober 1965 oleh warga sekitar.
"Warga mencium bau busuk yang menyengat di area tersebut, lalu membongkarnya, dan ditemukanlah kedua mayat pahlawan tersebut," ungkapnya. (Fin)