JOGJAGRID.COM: Pandemi Covid-19 membuat berbagai sektor terdampak. Tak terkecuali pertanian.
Komisi B DPRD DIY pun coba melihat lebih dekat persoalan yang dialami kaum petani itu dengan mengunjungi Kelompok Tani Lestari Mulyo Dusun Nawungan 1 Desa Selopamioro Kecamatan Imogiri Bantul pekan lalu, 16 Oktober 2020.
Program tersebut sekaligus untuk menyerap aspirasi dari petani.
Sebagaimana diketahui Nawungan Selopamioro sekarang jadi pusat budidaya bawang merah ramah lingkungan. Lahan seluas 110 hektare lebih kini jadi pusat budidaya bawang merah.
Dalam acara tersebut juga dihadiri Camat Imogiri, Sri Kayatun, Kepala Dinas Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan (DPPKP) Bantul, Yus Warseno, Kepala BPP Kecamatan Imogiri, Lukito.
Ketua Komisi B DPRD DIY, Danang Wahyu Broto, SE MSi mengatakan, jika Desember nanti 2020 darurat Covid-19 sudah selesai. Sekarang ini di DPRD DIY tengah membahas anggaran tahun 2021.
Karena anggaran provinsi sebenarnya distribusinya ke kabupaten. "Secara prinsip provinsi siap untuk mensuport untuk kegiatan (pertanian) di Nawungan Selopamioro," ujarnya.
Politikus Partai Gerindra itu optimis, usulan petani Nawungan bisa diakomodir dengan anggaran yang ada.
Ketua Kelompok Tani Lestari Mulyo Dusun Nawungan 1 Desa Selopamioro Kecamatan Imogiri Bantul, Juwari mengatakan, jika diwilayahnya mulai budidaya bawang merah sejak tahun 1992. Namun waktu itu persoalan air jadi hambatan mengembangkan komoditas bawang merah.
Namun untuk sekarang ini sudah mendapatkan solusi dengan adanya sumur bor. Juwari mengungkapkan, musim tanam (MT) pertama padi tadah hujan. Kemudian MT 2 dibulan Mei masuk tanam bawang merah.
Kemudian pada Bulan Agustus juga tanam bawang merah. "MT 2 dibulan Mei seluas 110 hektare semua hamparan ditanami bawang merah. Kemudian MT 3 hanya 40 hektare lahan yang bisa ditanami karena keterbatasan air," ujar Juwari.
Dijelaskan kelebihan Kelompok Tani Lestari Mulyo diantaranya, pola tanam kompak. Keunggulan lainnya selalu manfaatkan pupuk kandang dengan kebutuhan per 1.000 meter mencapai 3 hingga 4 ton. Bahkan untuk memenuhi tingginya kebutuhan pupuk kandang, petani mendatangkan dari Purworejo hingga lereng Merapi. "Problem lain yang kami hadapi ialah bibit selalu kami datangkan dari Brebes," jelasnya. (***)