JOGJAGRID.COM : Gabungan kelompok tani (Gapoktan) di
Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul tengah bersuka cita sekaligus
bersedih menyambut musim tanam dan panen bawang merah pada September ini.
Para petani senang karena panen bawang merah atau
brambang berhasil berjalan lancar dan harganya stabil.
Namun di satu sisi mereka juga meradang karena
seretnya ketersediaan pupuk yang justru langka dan sulit ditemukan ketika para
petani sedang benar-benar membutuhkannya.
“Kami malah seperti teroris, mencari pupuk untuk tanaman bawang merah itu dengan pergi dari satu kecamatan ke kecamatan lain,” ujar Kepala Gapoktan Desa Tirtohargo Kecamatan Kretek Subowo di sela Panen Raya Bawang Merah yang dihadiri anggota DPR RI Gandung Pardiman dan Bupati Bantul Suharsono di lapangan desa itu Sabtu (19/9/2020).
Namun Subowo dalam kesempatan itu juga bersyukur,
karena desanya yang notabene terletak paling ujung dari sumber irigasi
Bendungan Kamijoro, saat ini sudah tak merasakan diskriminasi penyaluran air.
Terutama sejak aduan petani ditindaklanjuti anggota DPR RI asal Bantul Gandung
Pardiman dan Bupati Bantul Suharsono.
“Syukurlah di titik-titik kritis masa panen ini,
desa kami yang sbelumnya hanya dapat jatah pengairandari Bendung Kamijoro
selama 7 jam sehari, sekarang bisa mendapat jatah pengairan tiga hari
berturut-turut non-stop. Panen akhirnya berhasil dengan baik,” ujarnya.
Lebih-lebih harga bawang merah juga sedang tinggi
saat ini yakni Rp 18-20 ribu per kilogramnya dengan keberhasilan panen per
hektar mampu menghasilkan 1,5-2 ton bawang merah.
Anggota DPR RI Gandung Pardiman menduga kuat
hilangnya atau langkanya pupuk jenis Phonska untuk bawang para petani itu
karena mensinyalir ada permainan di tingkat hulu.
“Kami menduga penyaluran pupuk ini ada permainan,
kami akan urus, kami akan bentuk tim telusuri, agar komoditas pupuk tidak lagi
jadi bahan permainan pemilik modal atau orang-orang yang punya kepentingan
tertentu,” ujarnya.
Gandung dalam kesempatan itu juga mengatakan
sebetulnya hasil panen bawang di Bantul masih bisa ditingkatkan lagi. “Nanti
kami akan bekerjasama dengan LIPI (lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) untuk
meningkatkan hasil panen per hektarnya,” ujar anggota Komisi VII DPR RI itu.
Gandung pun menuturkan menjaga keberlangsungan
pertanian sebagai swadaya masyarakat pedesaan menjadi bagian penting dalam
pengamalan Pancasila.
Ia meminta masyarakat menyadari agar ikut menjaga
Pancasila, jangan sampai diperas-peras silanya seperti yang terjadi ketika
bergulir Rancangan Undang-Undang Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) yang kini
sudah direvisi.
“Maka dari itu pilihlah pemimpin yang benar benar
menjlankan Pancasila dengan baik dan benar. Termasuk dalam Pilkada 2020 nanti,
jangan sampai memilih pemimpin atau bupati kedondong, yang luarnya halus tapi
dalamnya penuh duri,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Bupati Bantul Suharsono
bersyukur panen raya bawang merah berhasil lancar dan harganya stabil.
Suharsono menuturkan, selama ini ia tak pernah
merasa malu untuk mengemis ke pemerintah pusat dan juga DPR RI agar bersedia
membantu pembangunan khususnya infrastruktur di Bantul yang butuh modal besar.
Seperti misalnya ia bersama BPBD Bantul pernah
meminta bantuan ke pemerintah pusat membantu pembangunan sebuah jembatan vital
yang menghubungan sejumlah wilayah di Bantul dengan anggaran Rp 65 miliar.
“Kalau dana sebesar itu mengandalkan APBD jelas sulit, maka saya tak pernah malu meminta langsung bantuan ke pusat, tapi mohon masyarakat mengadukan persoalannya sehingga kami juga tahu persoalan yang dihadapi di lapangan,” ujarnya. (Arifin)