DPRD DIY dipimpin Ketua Komisi B Danang Wahyu Broto (kemeja cokelat) meninjau perajin batik Kulon Progo |
JOGJAGRID.COM
: Pandemi Covid 19 berdampak sangat luar biasa di berbagai bidang termasuk usaha
kerajinan batik di Lendah Kulonprogo Yogyakarta.
Paguyuban
Perajin Batik Lendah Kulon Progo sejak Maret sampai dengan Juni 2020 sama
sekali tidak produksi. Mereka hanya berupaya menjual batik hasil produksi
mereka sebelum masa pandemi datang.
Komisi B
DPRD DIY yang membidangi UMKM pun telah melakukan pemantauan terhadap UMKM yang
terdampak pandemi Covid 19. Senin lalu (6/7/2020) komisi B DPRD DIY melakukan
kunjungan kerja ke sentra batik Lendah Kulonprogo Yogyakarta.
Kunjungan
kerja dipimpin langsung oleh Ketua Komisi B DPRD DIY Danang Wahyu Broto dan
diterima oleh pengurus paguyuban perajin Batik lendah Kulonprogo di pendopo
sentra batik Sinar Abadi Batik.
"Kami
ke Lendah ini untuk mengetahui kondisi riil UMKM perajin batik di Lendah akibat
pandemi Covid 19 ini," tutur Danang Wahyu Broto, Ketua Komisi B DPRD DIY.
Danang
mengatakan DPRD DIY kini tengah mendata kondisi UMKM terdampak covid ini
sebagai dasar mengusulkan kebijakan kepada Pemerintah DIY dalam upaya pemulihan
pasca pandemi covid 19.
Danang Wahyu Broto, Ketua Komisi B DPRD DIY. |
“Jadi data
–data itu juga kami crosschek di lapangan, kemudian kami akan buat rumusan
usulan kebijakan seperti apa yang relevan untuk pemulihan para perajin ini,
karena dampaknya sangat terasa” ujarnya. Danang mengatakan untuk program recovery dampak Covid-19, akan terus dikawal bersama DPRD DIY.
Danang
menilai, recovery bidang ekonomi khususnya UMKM jadi hal prioritas dan
terpenting yang tak bisa dikesampingkan dalam masa trasisi new normal.
“Perlu ada stimulus dan fondasi dan kebijakan
pendukung agar perajin batik ini segera menggeliat lagi. Recovery pasca covid
juga butuh alokasi anggaran yang mendukungnya,” ujarnya.
Umbuh
Haryanto Ketua Paguyuban Perajin Batik Lendah Kulonprogo mengatakan, "
Sejak maret kami tidak produksi. Sebelum maret kami produksi besar - besaran
untuk persiapan menyambut hari lebaran.
Biasanya satu bulan menjelang lebaran
permintaan kain batik meningkat tajam. Namun tahun ini terjadi pandemi
bersamaan dengan hari lebaran sehingga permintaan kain batik merosot
tajam," ungkap Umbuh.
Hal yang
sama disampaikan oleh Agus Fatkhurohman
perajin batik anggota Paguyuban perajin batik Lendah Kulonprogo. Agus
menyatakan sejak bulan maret 2020 penjualan kain batik menurun tajam hingga 90
persen lebih sehingga pada bulan sejak bulan Maret tidak melakukan produksi.
"
Penjualan turun hingga 90 persen lebih. Sehingga terpaksa kami tidak produksi
dulu sejak maret lalu dan konsentrasi menjual stok yang sudah ada untuk upaya bertahan
di masa pandemi," ujar Agus Fatkhurohman.
(Fer/Rls))