JOGJAGRID.COM : Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami kemerosotan ekonomi akibat dari dampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020 lalu.
Untuk memulihkannya, diperlukan peningkatan konsumsi dari sektor pariwisata dan pendidikan atau pembelajaran tatap muka di tingkat perguruan tinggi.
Kepala Deputi Bank Indonesia (BI) Yogyakarta, Miyono mengatakan indikator ekonomi di DIY mengalami penurunan pada triwulan kedua.
Salah satunya terlihat dari tingkat penjualan kendaraan bermotor yang sampai minus hampir 62 persen. “Ini tidak hanya turun, tapi sudah terjun bebas,” katanya saat diskusi di Taru Martani Coffee & Resto 1918, Kota Yogyakarta pada Sabtu (25/7).
Menurut Miyono, selama ini ekonomi di DIY hampir 68 persen ditopang dari sektor konsumsi di pariwisata dan pendidikan.
“Pendorong konsumsi dari pariwisata dan mahasiswa. Ketika dua motor ini berhenti itu dampaknya ke mana-mana. Jadi betapa pentingnya menggalakkan konsumsi,” katanya.
Miyono mengatakan dalam upaya menghadapi pandemi Corona ini, tidak bisa mendikotomi kesehatan atau ekonomi yang didahulukan. Namun harus berjalan beriringan dengan mengedepankan protokol kesehatan.
“Karena kita tidak tahu, kapan pandemi ini akan berakhir. Jadi harus berjalan bersama-sama,” kata dia.
Miyono berkata, dari sektor pariwisata dalam mendorong konsumsinya pun saat ini secara perlahan beberapa destinasi telah mulai menerima tamu. Namun harus tetap berhati-hati dan lebih mengutamakan kunjungan dari wisatawan yang berkualitas.
“Pariwisata tidak dibuka secara besar-besaran, karena khawatir juga yang datang wisatawan tidak berkualitas. BI sangat support, karena kami sadar efeknya besar sekali,” ucapnya.
Sementara, Wakil Ketua DPRD DIY Huda Tri Yudiana mengatakan hotel dan tempat wisata selama pandemi terjadi tidak pernah ditutup oleh pemerintah. Namun pihak pengeloal menutupnya sendiri karena memang tidak ada wisatawan yang datang.
Politikus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini juga mengusulkan supaya Pemda DIY melakukan pertemuan dengan rektor-rektor universitas yang berada di Yogyakarta. Untuk membahas mengenai bagaimana supaya mulai melakukan kuliah tatap muka dengan mengedepankan protokol kesehatan.
Sehingga dengan berangsurnya mahasiswa dari luar daerah datang ke Yogyakarta, akan meningkatkan tingkat konsumsi di DIY. “Yang gedhe-gedhe (universitas yang besar-besar) diajak dulu. Bagaimana mahasiswa masuk lagi dengan protokol kesehatan. Beri insentif tida masalah untuk memastikan mahasiwa kembali masuk Yogyakarta, misal RDT dan Swab gratis,” ucapnya.
Kepala Biro Administrasi Perekonomian dan SDA Setda DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti menambahkan ide untuk bertemu dengan para rektor perguruan tinggi tersebut cukup bagus dan akan dikomunikasikan dengan pimpinan. “Karena salah satu aset sumber terpenting kan pelajar dan mahasiswa yang ada di DIY,” katanya.
Made berkata, dengan adanya aktivitas perkuliahan maka perekonomian di sekitar kampus pun bisa mulai tumbuh. “Pergerakan ekonomi di sekitar kampus kan berjalan,” katanya.
Menurut Made, perlu adanya tahapan ketika ingin memulai aktivitas perkuliahan di kampus. “Tergantung juga mengenai kesiapan dari universitas seperti apa. Mungkin tidak semua mahasiswa masuk pada saat yang sama. Protokol kesehatan harus tetap diutamakan,” ucapnya.