JOGJAGRID.COM : Sudah sebulan lebih, tepatnya sejak 22 Maret 2020 lalu, kebun binatang Gembira Loka tutup akibat dampak Corona yang turut melanda Yogyakarta.
Kebun binatang yang memiliki koleksi satwa 2.200 ekor itu mencoba bertahan, merawat satwa satwanya, ketika sama sekali tak ada pemasukan karena nol kunjungan.
"Perhitungan internal kami, setidaknya kami masih sanggup bertahan enam bulan ke depan," ujar
juru bicara Gembira Loka, Eros Yan Renanda akhir April 2020 lalu.
Eros menuturkan, sejak tutup dan tak memiliki pemasukan sama sekali Gembira Loka menjalankan setidaknya empat strategi agar bisa bertahan terutama dalam upaya menekan pengeluaran.
Yakni dengan cara penghematan pakan satwa, pengurangan sumber daya manusia (SDM), penundaan program pembangunan infrastruktur dan pengalihan biaya promosi.
Untuk pakan satwa, Eros menuturkan, Gembira Loka selama ini kebutuhannya sebagian besar memproduksi sendiri.
Seperti contohnya tikus, kebun binatang yang saat peak season bisa dikunjungi 15 ribu orang dalam sehari itu memilih mengembangbiakkannya sendiri.
Kebutuhan tikus ini lebih banyak untuk mensuplai pakan bagi hewan predator dari kelompok burung dan reptil seperti ular yang merupakan koleksi terbanyak dari kebun binatang itu.
Sedangkan untuk hewan herbivora, 60 persen kebutuhan tanamannya juga dipenuhi melalui budidaya sendiri.
Sisanya untuk kebutuhan pakan tumbuhan itu dipenuhi lewat jaringan petani Gembira Loka di sekitaran DIY yang tak putus memasok.
“Untuk pakan hanya dilakukan sedikit pengurangan porsinya, misalnya jika sebelumnya 100 persen sekarang 90 persennya,” ujarnya.
Kepala Unit Nutrisi Gembira Loka, Paramitha Adelia mengungkap kebutuhan pakan satwa Gembira Loka selama ini memang menjadi satu sumber pengeluaran terbesar.
"Biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian pakan satwa saat hari normal bisa berkisar Rp 70-80 juta per minggu," ujar Tata, panggilan Paramitha.
Dari keseluruhan satwa itu, biaya pakan terbesar di Gembira Loka justru bukan untuk kelompok satwa karnivora atau pemakan daging seperti harimau, macan, dan kucing besar lainnya.
Kebutuhan pakan paling besar justru koleksi gajahnya. Terlebih gajah di Gembira Loka sendiri baru bertambah satu ekor setelah ada pasangan gajah yang melahirkan akhir Maret lalu sehingga kini jumlahnya total sembilan ekor.
"Paling banyak biaya dikeluarkan untuk pakan gajah, sekitar Rp 10-11 juta per minggu. Apalagi sekarang tambah satu anak gajah yang usianya belum satu bulan dan masih menyusu induknya, harus dijaga benar nutrisinya," ujar Tata.
Pakan keseharian gajah di Gembira Loka sendiri biasanya berbagai jenis mulai dari rumput kalanjana, sayur hingga buah-buahan segar, seperti melon, semangka, besusu, mentimun, tomat, kacang panjang, pisang, nanas dan buah naga.
Tata menambahkan selama diberlakukan penutupan untuk pengunjung, pasokan pakan satwa tidak menemui kendala pasokan. Sebab seperti pakan ikan berupa pelet dan daging untuk karnivora stoknya masih mencukupi.
“Makanan segar untuk satwa lain juga aman, tidak ada kendala,” ujarnya.
Tata menambahkan, di masa pandemi dan tutup kunjungan ini, Gembira Loka tengah berupaya menghemat sedikit pengeluaran untuk pakan agar tetap bertahan tanpa harus mengurangi kualitas pakan yang diberikan.
Ia memberi gambaran jika sepekan biasanya habis hingga Rp 80 juta maka coba dievaluasi sehingga pengeluaran bisa ditekan menjadi Rp 70 juta sepekan.
Juru bicara Gembira Loka, Eros Yan Renanda menambahkan untuk pakan satwa non endemik, Gembira Loka memang harus mendatangkan pakannya dari luar Indonesia.
Misalnya untuk koleksi Pinguinnya. Pinguin Gembira Loka selama ini dijatah ikan ikan Capelin seperti hearing, macarel, dan smelt yang berasal dari Amerika.
“Untuk ikan stok pakan pinguin memang dari luar. Namun kami sudah stok dalam jumlah besar dan cukup untuk beberapa bulan ke depan,” ujar Eros.
Sebelum mendatangkan pinguin itu, Gembira Loka sendiri memang sudah menyiapkan tandon khusus untuk penyimpanan stok pakan yang biasanya disiapkan untuk kebutuhan selama kurang lebih setengah tahun.
Eros menuturkan walau operasional kebun binatang tetaplah besar selama masa pandemi ini, belum pernah terbesit rencana untuk menjual atau menukar koleksi satwa yang ada demi menutupi beban pengeluaran.
“Kami adalah lembaga konservasi, tidak akan menjual atau menukar satwa yang ada demi bertahan. Kasarnya, kami (para karyawan) selama ini hidup dari satwa-satwa itu, masak saat susah seperti ini kami menyia-nyiakan mereka,” ujar Eros.
Eros menuturkan meskipun dari koleksi satwa ada yang berlebih jumlahnya seperti reptil, ia memastikan tidak satu ekor pun dijual.
“Penjualan satwa itu akan melanggar prinsip utama yang kami pegang sebagai lembaga konservasi, itu tidak mungkin kami lakukan,” ujarnya.
Justru di masa kunjungan nol persen ini, Gembira Loka masih sempat membantu pasokan pakan ke kebun binatang lain di Indonesia. Seperti yang sudah dilakukan kepada Medan Zoo beberapa waktu lalu dalam bentuk bantuan pakan.
Selain penyesuaian soal pakan satwa, Gembira Loka juga mengerem sebagian program pembangunan infrastruktur dan wahana yang sudah direncanakan tahun 2020 akibat pandemi.
Tahun 2020 ini kebun binatang yang memiliki empat jenis koleksi satwa mulai burung, reptil, malalia, dan ikan itu sebenarnya akan menggarap tiga proyek fisik senilai miliaran rupiah untuk pengembangan kebun binatang itu.
Proyek fisik itu antara lain perampungan Zona Cakar II untuk koleksi hewan karnivora, pemindahan kolam tangkap, kolam sentuh dan terapi ikan, serta pembangunan pusat souvenir, pintu keluar dan kafe.
“Yang kami tunda pembangunannya untuk proyek kafe dan pintu keluar, lainnya tetap kami lanjutkan dengan penyesuaian,” ujar Eros, juru bicara Gembira Loka.
Penyesuaian proyek yang dimaksud misalnya jika ada wahana yang biasanya dindingnya memakai ornamen, maka kali ini tidak diberi ornamen terlebih dulu.
Proyek proyek itu sebagian tetap berlanjut karena diantaranya sudah selesai 60 persen lebih seperti Zona Cakar II yang ditarget rampung dua pekan sebelum lebaran tahun 2020 ini.
Adapun penyesuaian bidang promosi, Eros mengatakan Gembira Loka memang menghentikan semua pengeluaran untuk promosi keluar. Karyawan yang masih bekerja, yang memiliki pengetahuan di bidang multimedia, diberi tugas memproduksi sendiri materi materi promosi secara digital dan memaksimalkan promosi melalui media sosial.
“Masa pandemi ini kami terus membuat konten video blog untuk disiarkan melalui Youtube tentang keseharian Gembira Loka di masa pandemi. Sehingga publik juga tahu informasi terbaru kebun binatang ini tanpa harus keluar rumah sementara,” ujar Eros.
Survei internal dari 60 anggota PKBSI (Perhimpunan Kebun Binatang Se Indonesia) sempat merilis 92,11% kebun binatang dalam pemberian pakan satwanya akan bertahan kurang dari satu bulan.
Sedangkan kebun binatang yang mampu bertahan menyediakan pakan selama jangka waktu 1- 3 bulan sebanyak 5,26 %. Adapun kebun binatang yang mampu menyediakan pakan lebih dari 3 bulan hanya berkisar 2,63%.