JOGJAGRID.COM : Fakultas Teknik UGM memproduksi mobil listrik Multi Purpose Vehicle yang ternyata sedang masuk tahapan ujicoba kelayakan.
Dua mobil kini sedang diujicobakan di Yogyakarta International Airport (YIA) dan dua lainnya di Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof Nizam mengungkap mobil listrik tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti angkutan penumpang hingga mobil pengangkut bagasi.
Saat ini ada empat mobil UGM yang sedang menjalani ujicoba, sementara dua unit lainnya akan segera dikirimkan ke Bandara Ngurah Rai Bali untuk menjalani tes uji yang sama.
“Sekarang sedang ujicoba di YIA dan Cengkareng. Kalau itu handal dan dapat sertifikasi dari Kementrian Perhubungan, bisa digunakan untuk seluruh bandara di Indonesia jadi kita tak andalkan impor, cukup dari dalam negeri,” ungkap Nizam usai mengikuti Technoride di Grha Sabha Pramana UGM Minggu (16/2/2020).
Di YIA dan Cengkareng, mobil listrik UGM digunakan untuk transportasi penumpang antar pintu keberangkatan. Untuk sementara menurut Nizam, report yang masuk ke FT UGM terkait empat mobil listrik di bandara cukup baik.
“Harapan kami, mobil ini segera dapat rekomendasi dari Kementrian Perhubungan. Kami juga ingin segera menggarap SNI juga agar kedepan kita tak perlu impor lagi, apalagi ketika ada industri yang berminat mengerjakan ini, karena kan kami kampus tempat penelitian bukan sebagai pabriknya,” tambah Nizam.
Untuk mengembangkan satu unit mobil listrik tersebut FT UGM membutuhkan dana Rp 150 juta dengan komponen motor listrik yang masih didatangkan dari luar negeri. FT UGM pun kini sedang mengembangkan penelitian untuk motor listrik dalam negeri.
“Sekarang kita sedang teliti motor listrik sendiri berbasis induksi seperti yang dikembangkan Tesla, yang tak tergantung magnet karena kita tidak punya produksi magnet kuat untuk motor listrik. Kami ingin komponennya semua dari dalam negeri,” pungkas Nizam.
FT UGM juga berniat mengembangkan transportasi publik masyarakat pedesaan berbasis listrik. Kesulitan bahan bakar di daerah pedalaman menjadi latarbelakang UGM ingin membantu mengurai permasalahan masyarakat di lokasi sulit. (Randy Permana)
Dua mobil kini sedang diujicobakan di Yogyakarta International Airport (YIA) dan dua lainnya di Bandara Soekarno Hatta Tangerang.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Prof Nizam mengungkap mobil listrik tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti angkutan penumpang hingga mobil pengangkut bagasi.
Saat ini ada empat mobil UGM yang sedang menjalani ujicoba, sementara dua unit lainnya akan segera dikirimkan ke Bandara Ngurah Rai Bali untuk menjalani tes uji yang sama.
“Sekarang sedang ujicoba di YIA dan Cengkareng. Kalau itu handal dan dapat sertifikasi dari Kementrian Perhubungan, bisa digunakan untuk seluruh bandara di Indonesia jadi kita tak andalkan impor, cukup dari dalam negeri,” ungkap Nizam usai mengikuti Technoride di Grha Sabha Pramana UGM Minggu (16/2/2020).
Di YIA dan Cengkareng, mobil listrik UGM digunakan untuk transportasi penumpang antar pintu keberangkatan. Untuk sementara menurut Nizam, report yang masuk ke FT UGM terkait empat mobil listrik di bandara cukup baik.
“Harapan kami, mobil ini segera dapat rekomendasi dari Kementrian Perhubungan. Kami juga ingin segera menggarap SNI juga agar kedepan kita tak perlu impor lagi, apalagi ketika ada industri yang berminat mengerjakan ini, karena kan kami kampus tempat penelitian bukan sebagai pabriknya,” tambah Nizam.
Untuk mengembangkan satu unit mobil listrik tersebut FT UGM membutuhkan dana Rp 150 juta dengan komponen motor listrik yang masih didatangkan dari luar negeri. FT UGM pun kini sedang mengembangkan penelitian untuk motor listrik dalam negeri.
“Sekarang kita sedang teliti motor listrik sendiri berbasis induksi seperti yang dikembangkan Tesla, yang tak tergantung magnet karena kita tidak punya produksi magnet kuat untuk motor listrik. Kami ingin komponennya semua dari dalam negeri,” pungkas Nizam.
FT UGM juga berniat mengembangkan transportasi publik masyarakat pedesaan berbasis listrik. Kesulitan bahan bakar di daerah pedalaman menjadi latarbelakang UGM ingin membantu mengurai permasalahan masyarakat di lokasi sulit. (Randy Permana)