Upaya mendorong munculnya bibit-bibit wirausaha muda melalui pendidikan kursus merupakan wujud menyiapkan generasi pemuda yang mandiri dan berkarakter. Sebab itu dengan potensi sumberdaya manusia yang berkualitas itulah yang akan mampu memanfaatkan kemajuan era digital untuk membuka jalan kemanfaatan yang lebih besar.
Pelaksanaan pendidikan kesetaraan berbasis online yang dikembangkan Ditjen PAUD dan Dikmas merupakan upaya membangun pemuda produktif lebih mandiri secara ekonomi, sosial maupun budaya. Memberi ruang kepada pemuda, khususnya yang putus sekolah dan dari keluarga tidak mampu melalui perluasan akses piranti digital agar lebih bermanfaat dan meningkatkan nilai tambah perekonomian.
“Melalui pemuda yang terdidik dan tercerahkan yang akan mengawal serta pelaku perubahan Indonesia di masa depan. Sebab dengan potensi sumberdaya manusia yang berkualitas itulah yang akan mampu memanfaatkan kemajuan era digital untuk membuka jalan kemanfaatan yang lebih besar,” ujar Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas Harris Iskandar dalam acara “Seminar Nasional Pendidikan Masyarakat dan Evaluasi Kinerja Pengelolaan PAUD Dan Dikmas Tahun 2019” di Hotel Sahid Jaya, Yogyakarta, Minggu (1/12).
Dunia pendidikan masyarakat Indonesia pun mulai memancarkan sinar harapan di mata masyarakat. Pasalnya, anak-anak putus sekolah dan anak dari keluarga kurang mampu yang tidak sanggup menyekolahkan anaknya, tetap bisa mengenyam pendidikan serta mengembangkan keterampilan melalui pendidikan nonformal berbasis digital.
Wajib belajar 12 tahun pun bukan hanya slogan, tetapi telah menjadi solusi konkrit dan merata yang dirasakan masyarakat.
Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kemendikbud, yang membidangi pendidikan masyarakat telah memberikan layanan pendidikan bagi anak bangsa melalui pendidikan keaksaraan, dan peningkatan keterampilan melalui lembaga kursus.
Menurut data Ditjen PAUD dan Dikmas, lembaga kursus tercatat pada Dapodik dan memiliki NPSN sebanyak 16.926 LKP, sedangkan lembaga kursus yang telah terakreditasi (A,B,C) sebanyak 4.488 LKP (26%). Dengan 10 jenis ketermapilan yang banyak dimintai di antaranya disain grafis, web aplikasi, digital marketing, teknik otomotif, fashion desain, tata kecantikan, tata boga, bordir dan sulam, serta akuntansi dan elektronika.
“Mengantisipasi era industri 4.0. Ditjen PAUD dan Dikmas pun menyelenggarakan pendidikan berbasis digital melalui Massive Open Online Course (MOOC). Peserta didik dimana pun bisa mengikuti. Gratis dan dilakukan secara interaktif,” papar Harris.
Ditjen PAUD dan Dikmas, melalui Direktorat Kursus dan Pelatihan telah memberikan yakni pendidikan keterampilan kerja, pendidikan keterampilan wirausaha dan uji kompetensi kepada anak putus sekolah yang ingin mengembangkan diri dan mengembangkan profesi sehingga mandiri.
Program Massive Open Online Course (MOOC) adalah sistem pembelajaran kursus online. MOOCs merupakan metode belajar-jarak-jauh dengan skala-besar, gratis dan bisa diakses siapa saja dan di mana saja mereka berada di dunia.
Mereka membantu menyediakan kursus-kursus level-universitas untuk siapa saja yang kurang mampu atau cukup berkenan untuk mendapatkan gelar sarjana mereka di institusi level unggul atau berkuliah di luar negeri.
“Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi terbanyak penyelenggara kursus yakni sekitar 2.450, disusul Jawa Timur 2209, Jawa Tengah 1501. Sedangkan Jakarta hanya 872 KLP,” ujar Harris.
Sedangkan untuk anak putus sekolah dan anak dari keluarga tidak mampu, Ditjen PAUD dan Dikmas melalui Direktorat Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, juga menyelenggarakan pendidikan berbasis online melalui seTARA daring, sebuah inovasi layanan pembelajaran pendidikan kesetaraan yang dapat dijadikan pilihan moda pembelajaran melalui ruang kelas digital yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
“Peserta seTARA daring tercatat ada sekitar 592 Lembaga dengan 4.549 Tutor dan 6914 peserta didik yang mengikuti pembelajaran berbasis digital. Mereka belajar sambil bekerja. Bisa mengakses belajar melalui android,” ujar Harris.
Sedangkan peningkatan peserta didik kesetaraan bisa dilacak melalui Ujian Paket Kesetaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Harris, pada tahun 2018 sebanyak 79,639 sedangkan tahun 2019 meningkat menjadi 118,885 peserta.
“Peserta ujian kesetaraan ini, semuanya mengikuti ujian nasional berbasis komputer atau sudah UNBK semua,” papar Harris.
Sedangkan untuk kemudahan peserta didik kesetaraan Ditjen PAUD dan Dikmas juga memberikan PIP kepada warga belajarnya.
Pada anggaran 2019, usulan bagi warga belajar pendidikan kesetaraan paket A, B dan C sejumlah 376.014, namun direalisasikan sebanyak 169.127. Adapun besaran dana PIP saat ini untuk pemegang KIP per bulan berkisar antara Rp 450 ribu hingga Rp 1 juta. Besaran PIP per tahun untuk Paket A/SD sebesar Rp450.000, Paket B/SMP sebesar Rp750.000, dan Paket C/SMA sebesar Rp1.000.000.
“Semua upaya pemerintah ini dalam rangka peningkatan layanan pendidikan bagi seluruh masyarakat. Pendidikan yang berkualitas dan merata,” pungkas Harris.
(Mariati)