JOGJAGRID.COM: Teknologi digital telah berkembang sangat pesat di DIY namun faktanya masih ada blank spot atau daerah tanpa sinyal handphone di provinsi ini.
Fenomena daerah tanpa sinyal ini mau tak mau bisa berpotensi menghambat pergerakan ekonomi bagi masyarakat usaha yang notabene mulai mengandalkan internet untuk penetrasi pasar online.
“Tantangan kita sekarang ini masih ada titik-titik kosong. Kemarin ada problem, Perpres mengatur prioritas untuk wilayah 3 T yaitu tertinggal, terluar dan terdepan. DIY ini masih ada titik kosong,” ujar Anggota Komisi 1 DPR RI Sukamta, di sela Diskusi Publik Peningkatan Produktivitas di Era Digital, Sabtu (30/11/2019), di Sleman.
Politikus PKS itu pun mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mampu mengisi titik-titik kosong blank spot tersebut.
Sukamta pun berseloroh DIY pun secara geografis bisa disebut daerah terdepan atau perbatasan negara.
“Di selatan DIY Australia. Mudah-mudahan dalam waktu dekat semua titik yang kosong bisa diatasi apalagi di DIY banyak sentra UMKM,” kata dia.
Tenaga Ahli Redesain USO (Universal Service Obligation) Kementerian Kominfo, Gun Gun Siswadi, juga mengakui masih ada tantangan dan kendala terkait pengembangan teknologi digital.
Dia sebutkan dua di antaranya yaitu sumber daya manusia (SDM) masih rendah serta belum meratanya infrastruktur digital.
Di hadapan peserta seminar yang terdiri dari anak-anak muda maupun pelaku UMKM, lebih jauh Sukamta memaparkan pentingnya penggunaan teknologi digital untuk pemasaran produk UMKM.
“Sudah saatnya teknologi digital digunakan untuk memasarkan produk-produk UMKM. Contoh Batik Sogan dulu seminggu produknya laku 300, dengan teknologi digital sekarang meningkat 800 per bulan. Dua kali lipat,” ujarnya mencontohkan.
Kementerian Kominfo memiliki banyak program dan kegiatan pelatihan teknologi digital agar bisa nyambung ke UMKM. Juga ada program digital talent khusus untuk anak-anak muda bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Dia berharap makin banyak anak-anak muda di DIY menjadi produktif setelah masuk dunia digital. “Produk animasi DIY sudah dikenal dunia tetapi tenaga kerja di sektor ini masih kurang,” ungkapnya. (Raudal Sularsa)
Fenomena daerah tanpa sinyal ini mau tak mau bisa berpotensi menghambat pergerakan ekonomi bagi masyarakat usaha yang notabene mulai mengandalkan internet untuk penetrasi pasar online.
“Tantangan kita sekarang ini masih ada titik-titik kosong. Kemarin ada problem, Perpres mengatur prioritas untuk wilayah 3 T yaitu tertinggal, terluar dan terdepan. DIY ini masih ada titik kosong,” ujar Anggota Komisi 1 DPR RI Sukamta, di sela Diskusi Publik Peningkatan Produktivitas di Era Digital, Sabtu (30/11/2019), di Sleman.
Politikus PKS itu pun mendorong pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mampu mengisi titik-titik kosong blank spot tersebut.
Sukamta pun berseloroh DIY pun secara geografis bisa disebut daerah terdepan atau perbatasan negara.
“Di selatan DIY Australia. Mudah-mudahan dalam waktu dekat semua titik yang kosong bisa diatasi apalagi di DIY banyak sentra UMKM,” kata dia.
Tenaga Ahli Redesain USO (Universal Service Obligation) Kementerian Kominfo, Gun Gun Siswadi, juga mengakui masih ada tantangan dan kendala terkait pengembangan teknologi digital.
Dia sebutkan dua di antaranya yaitu sumber daya manusia (SDM) masih rendah serta belum meratanya infrastruktur digital.
Di hadapan peserta seminar yang terdiri dari anak-anak muda maupun pelaku UMKM, lebih jauh Sukamta memaparkan pentingnya penggunaan teknologi digital untuk pemasaran produk UMKM.
“Sudah saatnya teknologi digital digunakan untuk memasarkan produk-produk UMKM. Contoh Batik Sogan dulu seminggu produknya laku 300, dengan teknologi digital sekarang meningkat 800 per bulan. Dua kali lipat,” ujarnya mencontohkan.
Kementerian Kominfo memiliki banyak program dan kegiatan pelatihan teknologi digital agar bisa nyambung ke UMKM. Juga ada program digital talent khusus untuk anak-anak muda bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Dia berharap makin banyak anak-anak muda di DIY menjadi produktif setelah masuk dunia digital. “Produk animasi DIY sudah dikenal dunia tetapi tenaga kerja di sektor ini masih kurang,” ungkapnya. (Raudal Sularsa)