JOGJAGRID.COM, Yogyakarta : Lima orang siswa SMA Negeri 2 Bantul diuji keberaniannya minum jamu.
Selanjutnya satu persatu mereka diminta meminum jamu tersebut di dalam frame kotak layaknya televisi, agar ekspresinya terlihat fokus setelah minum maju. Ada yang tertawa sambil mengacungkan sebelah tangannya usai minum jamu, meski lidahnya menahan pahit. Ada juga langsung yang berlari keluar ruang sambil memuntahkan jamu yang baru saja diminum.
Itulah yang terlihat dalam 'Sambiloto Challenge' yang digelar di Aula Ir Soekarno, sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Bantul, Selasa (17/9) sore. Acara tersebut merupakan pre-event Festival Jamu Internasional 'Menjamu Dijamu' yang akan diadakan 14-17 November di Plataran Ambarrukmo Hotel Yogya.
Festival yang diselenggrakan untuk melestarikan jamu tersebut merupakan hasil kerja sama Kraton Yogya, Fakultas Farmasi UGM dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
Kepala SMA Negeri 2 Bantul Kabul Mulyono menyambut baik acara tersebut, karena jamu merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Dalam kesempatan tersebut Mulyono juga mengajak siswa untuk meneriakkan yel-yel yang ditirukan guru dan murid kelas X dan XI yang hadir di acara itu. "Jamu Yes, Narkoba No!," teriak Mulyono.
Melalui acara ini, Mulyono berharap, siswa dapat mewarisi budaya bangsa kaitannya dengan jamu, dan juga mewarisi perilaku hidup sehat, karena jamu identik dengan nilai-nilai kesehatan, kesantunan, sehingga memberi manfaat.
Sedangkan Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof Dr Agung Endro Nugroho MSi Apt mengatakan, istilah jamu berasal dari Kraton Yogya, dan jamu merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang tidak dipunyai negara lain. "Kalau di China ada Traditional Chinese Medicine (TCM). Di India ada Ayurveda. Di Indonesia ada jamu, dan kita seharusnya bangga dengan jamu," katanya.
Dikatakan, akhir-akhir ini jamu pamornya semakin menurun. Dulu, penjual jamu gendong mudah ditemui. Tapi sekarang makin jarang. "Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Jamu sebagai heritage pelan-pelan mulai pudar, ditambah dengan fenomena bangkrutnya industri jamu," katanya.
Karena itu, lanjut Agung, tugas semua elemen masyarakat untuk mempertahankan jamu. "Yogya punya banyak macam jamu, ada beras kencur, kunir asem, sambiloto, ini mestinya menjadi kebanggaan. Harapannya, wisatawan yang datang ke Yogya tidak hanya mencari gudeg tapi juga mecari jamu yang menjadi ciri khas Yogya," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Agung mengajak anak-anak muda untuk ikut melestarikan jamu dan ikut mengembangkannya, sehingga jamu bisa menjadi ikon Indonesia, terutama DIY. "Generasi yang hebat adalah yang menjaga warisan nenek moyangnya, salah satunya adalah jamu," katanya pula.
Nola Tiara, salah seorang murid kelas XI SMA Negeri 2 Bantul juga mengajak anak-anak muda untuk menjaga kelestarian jamu. "Jamu bisa juga jadi obat sehingga harus tetap dijaga," kata Nola yang sejak kecil suka minum jamu kunir asem. Pedagang jamu gendongan, lanjut Nola, sekarang juga sudah menurun. Karena itu, jamu harus diangkat lagi.
Jamu sesungguhnya memiliki manfaat bagi kesehatan. Hal ini seperti dikatakan dosen Fakultas Farmasi UGM Dr Ronny Martien MSi. "Beras kencur biasanya untuk stamina. Temulawak dan kunir asem untuk nafsu makan karena bisa menetralkan bakteri dalam perut. Sedangkan sambiloto bagus salah satunya untuk diabetes," kata Ronny Martie, penggagas acara.
Dikatakan, masing-masing jamu punya fungsi sendiri. Yang paling memasyarakat jamu beras kencur, kunir asem, temu lawak. "Ketiga jamu itu favorit, karena rasanya enak dan ada manfaatnya," katanya pula.
Sedangkan Bagus Satatagama, pembawa acara yang juga penggagas acara mengatakan, pre-event Festival Jamu Internasional 'Menjamu Dijamu', selain diadakan di SMA Negeri 2 Bantul, selanjutnya akan diadakan di SMA Negeri 3 Yogya, SMA Kolese De Britto, SMA Stella Duce 1 dan SD Tumbuh 1.
Dalam kegiatan di SMA Negeri 2 Bantul, kata Bagus, panitia menyediakan 1.200 jamu beras kencur, kunir asem, temulawak dan sambiloto. Acara diakhiri minum jamu bersama di halaman sekolah sambil mengacungkan gelas berisi jamu, sebagai bentuk kesediaan untuk ikut melestarikan jamu.
Masing-masing diberikan satu gelas jamu super pahit, sambiloto.
Selanjutnya satu persatu mereka diminta meminum jamu tersebut di dalam frame kotak layaknya televisi, agar ekspresinya terlihat fokus setelah minum maju. Ada yang tertawa sambil mengacungkan sebelah tangannya usai minum jamu, meski lidahnya menahan pahit. Ada juga langsung yang berlari keluar ruang sambil memuntahkan jamu yang baru saja diminum.
Itulah yang terlihat dalam 'Sambiloto Challenge' yang digelar di Aula Ir Soekarno, sekolah Adiwiyata SMA Negeri 2 Bantul, Selasa (17/9) sore. Acara tersebut merupakan pre-event Festival Jamu Internasional 'Menjamu Dijamu' yang akan diadakan 14-17 November di Plataran Ambarrukmo Hotel Yogya.
Festival yang diselenggrakan untuk melestarikan jamu tersebut merupakan hasil kerja sama Kraton Yogya, Fakultas Farmasi UGM dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu.
Kepala SMA Negeri 2 Bantul Kabul Mulyono menyambut baik acara tersebut, karena jamu merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan. Dalam kesempatan tersebut Mulyono juga mengajak siswa untuk meneriakkan yel-yel yang ditirukan guru dan murid kelas X dan XI yang hadir di acara itu. "Jamu Yes, Narkoba No!," teriak Mulyono.
Melalui acara ini, Mulyono berharap, siswa dapat mewarisi budaya bangsa kaitannya dengan jamu, dan juga mewarisi perilaku hidup sehat, karena jamu identik dengan nilai-nilai kesehatan, kesantunan, sehingga memberi manfaat.
Sedangkan Dekan Fakultas Farmasi UGM, Prof Dr Agung Endro Nugroho MSi Apt mengatakan, istilah jamu berasal dari Kraton Yogya, dan jamu merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang tidak dipunyai negara lain. "Kalau di China ada Traditional Chinese Medicine (TCM). Di India ada Ayurveda. Di Indonesia ada jamu, dan kita seharusnya bangga dengan jamu," katanya.
Dikatakan, akhir-akhir ini jamu pamornya semakin menurun. Dulu, penjual jamu gendong mudah ditemui. Tapi sekarang makin jarang. "Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Jamu sebagai heritage pelan-pelan mulai pudar, ditambah dengan fenomena bangkrutnya industri jamu," katanya.
Karena itu, lanjut Agung, tugas semua elemen masyarakat untuk mempertahankan jamu. "Yogya punya banyak macam jamu, ada beras kencur, kunir asem, sambiloto, ini mestinya menjadi kebanggaan. Harapannya, wisatawan yang datang ke Yogya tidak hanya mencari gudeg tapi juga mecari jamu yang menjadi ciri khas Yogya," katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Agung mengajak anak-anak muda untuk ikut melestarikan jamu dan ikut mengembangkannya, sehingga jamu bisa menjadi ikon Indonesia, terutama DIY. "Generasi yang hebat adalah yang menjaga warisan nenek moyangnya, salah satunya adalah jamu," katanya pula.
Nola Tiara, salah seorang murid kelas XI SMA Negeri 2 Bantul juga mengajak anak-anak muda untuk menjaga kelestarian jamu. "Jamu bisa juga jadi obat sehingga harus tetap dijaga," kata Nola yang sejak kecil suka minum jamu kunir asem. Pedagang jamu gendongan, lanjut Nola, sekarang juga sudah menurun. Karena itu, jamu harus diangkat lagi.
Jamu sesungguhnya memiliki manfaat bagi kesehatan. Hal ini seperti dikatakan dosen Fakultas Farmasi UGM Dr Ronny Martien MSi. "Beras kencur biasanya untuk stamina. Temulawak dan kunir asem untuk nafsu makan karena bisa menetralkan bakteri dalam perut. Sedangkan sambiloto bagus salah satunya untuk diabetes," kata Ronny Martie, penggagas acara.
Dikatakan, masing-masing jamu punya fungsi sendiri. Yang paling memasyarakat jamu beras kencur, kunir asem, temu lawak. "Ketiga jamu itu favorit, karena rasanya enak dan ada manfaatnya," katanya pula.
Sedangkan Bagus Satatagama, pembawa acara yang juga penggagas acara mengatakan, pre-event Festival Jamu Internasional 'Menjamu Dijamu', selain diadakan di SMA Negeri 2 Bantul, selanjutnya akan diadakan di SMA Negeri 3 Yogya, SMA Kolese De Britto, SMA Stella Duce 1 dan SD Tumbuh 1.
Dalam kegiatan di SMA Negeri 2 Bantul, kata Bagus, panitia menyediakan 1.200 jamu beras kencur, kunir asem, temulawak dan sambiloto. Acara diakhiri minum jamu bersama di halaman sekolah sambil mengacungkan gelas berisi jamu, sebagai bentuk kesediaan untuk ikut melestarikan jamu.